Sejarah
Perkembangan Pencak Silat.
Pencak Silat sebagai bagian dari kebudayaan bangsa Indonesia berkembang sejalan dengan sejarah
masyarakat Indonesia .
Dengan aneka ragam situasi geografis dan etnologis serta perkembangan zaman
yang dialami oleh bangsa Indonesia ,
Pencak Silat dibentuk oleh situasi dan kondisinya. Kini Pencak Silat kita kenal
dengan wujud dan corak yang beraneka ragam, namun mempunyai aspek-aspek yang
sama. Pencak Silat merupakan unsur-unsur kepribadian bangsa Indonesia yang
dimiliki dari hasil budi daya yang turun temurun. Sampai saat ini belum ada
naskah atau himmpunan mengenai sejarah pembelaan diri bangsa Indonesia yang
disusun secara alamiah dan dapat dipertanggung jawabkan serta menjadi sumber
bagi pengembangan yang lebih teratur. Hanya secara turun temurun dan bersifat
pribadi atau kelompok latar belakang dan sejarah pembelaan diri inti
dituturkan. Sifat-sifat ketertutupan karena dibentuk oleh zaman penjajahan di
masa lalu merupakan hambatan pengembangan di mana kini kita yang menuntut
keterbukaan dan pemassalan yang lebih luas.
Sejarah perkembangan Pencak Silat secara
selintas dapat dibagi dalam kurun waktu :
a. Perkembangan sebelum
zaman penjajahan Belanda
b. Perkembangan pada zaman penjajahan Belanda
c. Perkembangan pada zaman penjajahan Jepang
d. Perkembangan pada zaman kemerdekaan
b. Perkembangan pada zaman penjajahan Belanda
c. Perkembangan pada zaman penjajahan Jepang
d. Perkembangan pada zaman kemerdekaan
a. Perkembangan pada zaman sebelum penjajahan Belanda
Nenek moyang kita telah mempunyai peradaban
yang tinggi, sehingga dapat berkembang menjadi rumpun bangsa yang maju.
Daerah-daerah dan pulau-pulau yang dihuni berkembnag menjadi masyarakat dengan
tata pemerintahan dan kehidupan yang teratur. Tata pembelaan diri di zaman
tersebut yang terutama didasarkan kepada kemampuan pribadi yang tinggi,
merupakan dasar dari sistem pembelaan diri, baik dalam menghadapi perjuangan
hidup maupun dalam pembelaan berkelompok.
b. Perkembangan Pencak Silat pada zaman
penjajahan Belanda
Suatu pemerintahan asing yang berkuasa di
suatu negeri jarang sekali memberi perhatian kepada pandangan hidup bangsa yang
diperintah. Pemerintah Belanda tidak memberi kesempatan perkembangan Pencak
Silat atau pembelaan diri Nasional, karena dipandang berbahaya terhadap
kelangsungan penjajahannya. Larangan berlatih bela diri diadakan bahkan
larangan untuk berkumpul dan berkelompok. Sehingga perkembangan kehidupan
Pencak Silat atau pembelaan diri bangsa Indonesia yang dulu berakar kuat
menjadi kehilangan pijakan kehidupannya. Hanya dengan sembunyi-sembunyi dan
oleh kelompok-kelompok kecil Pencak Silat dipertahankan. Kesempatan-kesempatan
yang dijinkan hanyalah berupa pengembangan seni atau kesenian semata-mata masih
digunakan di beberapa daerah, yang menjurus pada suatu pertunjukan atau upacara
saja. Hakekat jiwa dan semangat pembelaan diri tidak sepenuhnya dapat
berkembang. Pengaruh dari penekanan di zaman penjajahan Belanda ini banyak
mewarnai perkembangan Pencak Silat untuk masa sesudahnya.
c. Perkembangan Pencak Silat pada pendudukan
Jepang
Politik Jepang terhadap bangsa yang diduduki
berlainan dengan politik Belanda. Terhadap Pencak Silat sebagai ilmu Nasional
didorong dan dikembangkan untuk kepentingan Jepang sendiri, dengan mengobarkan
semangat pertahanan menghadapi sekutu. Di mana-mana atas anjuran Shimitsu
diadakan pemusatan tenaga aliran Pencak Silat. Di seluruh Jawa serentak
didirkan gerakan Pencak Silat yang diatur oleh Pemerintah. Di Jakarta pada
waktu itu telah diciptakan oleh para pembina Pencak Silat suatu olarhaga
berdasarkan Pencak Silat, yang diusulkan untuk dipakai sebagai gerakan olahraga
pada tiap-tiap pagi di sekolah-sekolah. Usul itu ditolak oleh Shimitsu karena
khawatir akan mendesak Taysho, Jepang. Sekalipun Jepang memberikan kesempatan kepada
kita untuk menghidupkan unsur-unsur warisan kebesaran bangsa kita, tujuannya
adalah untuk mempergunakan semangat yang diduga akan berkobar lagi demi
kepentingan Jepang sendiri bukan untuk kepentingan Nasional kita.
Namun kita akui, ada juga keuntungan yang kita
peroleh dari zaman itu. Kita mulai insaf lagi akan keharusan mengembalikan ilmu
Pencak Silat pada tempat yang semula didudukinya dalam masyarakat kita.
d. Perkembangan Pencak Silat pada Zaman
Kemerdekaan
Walaupun di masa penjajahan Belanda Pencak
Silat tidak diberikan tempat untuk berkembang, tetapi masih banyak para pemuda
yang mempelajari dan mendalami melalui guru-guru Pencak Silat, atau secara
turun-temurun di lingkungan keluarga. Jiwa dan semangat kebangkitan nasional
semenjak Budi Utomo didirikan mencari unsur-unsur warisan budaya yang dapat
dikembangkan sebagai identitas Nasional. Melalui Panitia Persiapan Persatuan
Pencak Silat Indonesia
maka pada tanggal 18 Mei 1948 di Surakarta terbentuklah IPSI yang diketuai oleh
Mr. Wongsonegoro.
Program utama disamping mempersatukan
aliran-aliran dan kalangan Pencak Silat di seluruh Indonesia , IPSI mengajukan program
kepada Pemerintah untuk memasukan pelajaran Pencak Silat di sekolah-sekolah.
Usaha yang telah dirintis pada periode
permulaan kepengurusan di tahun lima puluhan, yang kemudian kurang mendapat
perhatian, mulai dirintis dengan diadakannya suatu Seminar Pencak Silat oleh
Pemerintah pada tahun 1973 di Tugu, Bogor. Dalam Seminar ini pulalah dilakukan
pengukuhan istilah bagi seni pembelaan diri bagnsa Indonesia dengan nama Pencak Silat
yang merupakan kata majemuk. Di masa lalu tidak semua daerah di Indonesia
menggunakan istilah Pencak Silat. Di beberapa daerah di jawa lazimnya digunakan
nama Pencak sedangkan di Sumatera orang menyebut Silat. Sedang kata pencak
sendiri dapat mempunyai arti khusus begitu juga dengan kata silat.
Pencak, dapat mempunyai pengertian gerak dasar
bela diri, yang terikat pada peraturan dan digunakan dalam belajar, latihan dan
pertunjukan.
Silat, mempunyai pengertian gerak bela diri
yang sempurna, yang bersumber pada kerohanian yang suci murni, guna keselamatan
diri atau kesejahteraan bersama, menghindarkan diri/ manusia dari bela diri
atau bencana. Dewasa ini istilah pencak silat mengandung unsur-unsur olahraga,
seni, bela diri dan kebatinan. Definisi pencak silat selengkapnya yang pernah
dibuat PB. IPSI bersama BAKIN tahun 1975 adalah sebagai berikut :
Pencak Silat adalah hasil budaya manusia Indonesia untuk
membela/mempertahankan eksistensi (kemandirian) dan integritasnya (manunggalnya)
terhadap lingkungan hidup/alam sekitarnya untuk mencapai keselarasan hidup guna
meningkatkan iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Pencak Silat sebagai ajaran kerohanian
Umumnya Pencak Silat mengajarkan pengenalan
diri pribadi sebagai insan atau mahluk hidup yang pecaya adanya kekuasaan yang
lebih tinggi yaitu Tuhan Yang Maha Esa. Biasanya, Pencak Silat sebagai ajaran
kerohanian/kebatinan diberikan kepada siswa yang telah lanjut dalam menuntut
ilmu Pencak Silatnya. Sasarannya adalah untuk meningkatkan budi pekerti atau
keluhuran budi siswa. Sehingga pada akhirnya Pencak Silat mempunyai tujuan
untuk mewujudkan keselarasan/ keseimbangan/keserasian/alam sekitar untuk
meningkatkan iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, guna mengisi Pembangunan
Nasional Indonesia dalam mewujudkan manusia Indonesia seutuhnya yang
Pancasilais.
Pencak Silat sebagai seni
Ciri khusus pada Pencak Silat adalah bagian
kesenian yang di daerah-daerah tertentu terdapat tabuh iringan musik yang khas.
Pada jalur kesenian ini terdapat kaidah-kaidah gerak dan irama yang merupakan
suatu pendalaman khusus (skill). Pencak Silat sebagai seni harus menuruti
ketentuan-ketentuan, keselarasan, keseimbangan, keserasian antara wirama,
wirasa dan wiraga.
Di beberapa daerah di Indonesia Pencak Silat
ditampilkan hampir semata-mata sebagai seni tari, yang sama sekali tidak mirip
sebagai olahraga maupun bela diri. Misalnya tari serampang dua belas di
Sumatera Utara, tari randai di Sumatera Barat dan tari Ketuk Tilu di Jawa
Barat. Para penari tersebut dapat memperagakan
tari itu sebagai gerak bela diri yang efektif dan efisien untuk menjamin
keamanan pribadi.
Pencak Silat sebagai olahraga umum
Walaupun unsur-unsur serta aspek-aspeknya yang
terdapat dalam Pencak Silat tidak dapat dipisah-pisahkan, tetapi pembinaan pada
jalur-jalur masing-masing dapat dilakukan. Di tinjau dari segi olahraga kiranya
Pencak Silat mempunyai unsur yang dalam batasan tertentu sesuai dengan tujuan
gerak dan usaha dapat memenuhi fungsi jasmani dan rohani. Gerakan Pencak Silat
dapat dilakukan oleh laki-laki atau wanita, anak-anak maupun orang tua/dewasa,
secara perorangan/kelompok.
Usaha-usaha untuk mengembangkan unsur-unsur
olahraga yang terdapat pada Pencak Silat sebagai olahraga umum dibagi dalam
intensitasnya menjadi
a. Olahraga rekreasi
b. Olahraga prestasi
c. Olahraga massal
b. Olahraga prestasi
c. Olahraga massal
Pada seminar Pencak Silat di Tugu, Bogor tahun 1973,
Pemerintah bersama para pembina olahraga dan Pencak Silat telah membahas dan
menyimpulkan makalah-makalah :
1. Penetapan istilah
yang dipergunakan untuk Pencak Silat
2. Pemasukan Pencak Silat sebagai kurikulum pada lembaga-lembaga pendidikan
3. Metode mengajar Pencak Silat di sekolah
4. Pengadaan tenaga pembina/guru Pencak Silat untuk sekolah-sekolah
5. Pembinaan organisasi guru-guru Pencak Silat dan kegiatan Pencak Silat di lingkungan sekolah
6. Menanamkan dan menggalang kegemaran serta memassalkan Pencak Silat di kalangan pelajar/mahasiswa.
2. Pemasukan Pencak Silat sebagai kurikulum pada lembaga-lembaga pendidikan
3. Metode mengajar Pencak Silat di sekolah
4. Pengadaan tenaga pembina/guru Pencak Silat untuk sekolah-sekolah
5. Pembinaan organisasi guru-guru Pencak Silat dan kegiatan Pencak Silat di lingkungan sekolah
6. Menanamkan dan menggalang kegemaran serta memassalkan Pencak Silat di kalangan pelajar/mahasiswa.
Sebagai tindak lanjut dari pemikiran-pemikiran
tersebut dan atas anjuran Presiden Soeharto, program olahraga massal yang
bersifat penyegaran jasmani digarap terlebih dahulu, yang telah menghasilkan
program Senam Pagi Indonesia (SPI).
Pencak Silat sebagai olahraga prestasi
(olahraga pertandingan)
Pengembangan Pencak Silat sebagai olahraga
& pertandingan (Championships) telah dirintis sejak tahun 1969, dengan
melalui percobaan-percobaan pertandingan di daerah-daerah dan di tingkat pusat.
Pada PON VIII tahun 1973 di Jakarta
telah dipertandingkan untuk pertama kalinya yang sekaligus merupakan Kejuaraan
tingkat Nasional yang pertama pula. Masalah yang harus dihadapi adalah
banyaknya aliran serta adanya unsur-unsur yang bukan olahraga yang sudah begitu
meresapnya di kalangan Pencak Silat. Dengan kesadaran para pendekar dan pembina
Pencak Silat serta usaha yang terus menerus maka sekarang ini program
pertandingan olahraga merupakan bagian yang penting dalam pembinaan Pencak
Silat pada umumnya. Sementara ini Pencak Silat telah disebarluaskan di
negara-negara Belanda, Belgia, Luxemburg, Perancis, Inggris, Denmark, Jerman
Barat, Suriname, Amerika Serikat, Australia, Selandia Baru.
Program pembinaan Pencak Silat
Pencak Silat sebagai budaya Nasional bangsa Indonesia
mempunyai banyak ragam khas maisng-masing daerah, jumlah perguruan/aliran di
segenap penjuru tanah air ini diperkirakan sebanyak 820 perguruan/aliran.
Oleh karena itu dirasakan perlu adanya
pembinaan yang sistimatis untuk melestarikan warisan nenek moyang kita.
Terlebih-lebih setelah Kungfu masuk IPSI, atas anjuran Pemerintah berdasarkan
pertimbangan lebih baik Kungfu berada di dalam IPSI sehingga lebih mudah dalam
mengadakan pengawasan dan pengendalian terhadapnya, sekaligus
menasionalisasikan.
Standarisasi yang telah dirintis pembuatannya,
hanyalah untuk jurus dasar bagi keperluan khusus olahraga dan bela diri.
Sedangkan pengembangannya telah diserahkan kepad setiap perguruan yang ada.
Sistem pembinaan yang dipakai oleh IPSI ialah setiap aspek yang ada dijadikan
jalur pembinaan, sehingga jalur pembinaan Pencak Silat meliputi :
1. Jalur pembinaan seni
2. Jalur pembinaan olahraga
3. Jalur pembinaan bela diri
4. Jalur pembinaan kebatinan
2. Jalur pembinaan olahraga
3. Jalur pembinaan bela diri
4. Jalur pembinaan kebatinan
Keempat jalur ini diolah, dengan saringan dan
mesin sosial budaya, yaitu Pancasila.
Peraturan Pertandingan Pencak Silat
Gelanggang dapat di lantai atau dipanggung dan
dilapisi matras dengan tebal maksimum 5 cm, permukaan rata dan tidak memantul
serta ditutup dengan alas yang tidak licin, berukuran 9 x 9 meter.
Gelanggang terdiri dari :
Bidang Gelanggang berbentuk segi empat bujur
sangkar dengan ukuran 7 x 7 m.
Bidang Laga berbentuk lingkaran dalam bidang
gelanggang
Batas Gelanggang dan bidang laga dibuat dengan
garis selebar ke arah luar 5 cm dan berwarna kontras dengan permukaan
gelanggang. Pada tengah-tengah bidang laga dibuat lingkaran dengan garis tengah
2 m selebar 5 cm sebagai batas pemisah sesaat akan dimulai pertandingan.
Lingkaran tersebut mempunyai tanda garis lurus
pada garis tengah lingkaran selebar 5 cm. Yang sejajar dengan sisi bujur
sangkar dan berwarna kontras dengan permukaan gelanggang.
Sudut pesilat adalah ruang pada sudut bujur
sangkar yang berhadapan dan dibatasi oleh lingkaran bidang laga. Sudut yang
berhadapan lainnya adalah sudut netral.
Perlengkapan gelanggang :
a. Ember, gelas, kain
pel dan kesed dari ijuk,
b. Jam pertandingan/game match
c. Gong atau alat yang berfungsi sama
d. Lampu babak atau tanda lain untuk menentukan ronde/babak
e. Lampu pemenang berwarna merah dan biru atau alat/kode lain untuk menentukan pemenang
f. Perlengkapan lain-lain
g. Formulir pertandingan
b. Jam pertandingan/game match
c. Gong atau alat yang berfungsi sama
d. Lampu babak atau tanda lain untuk menentukan ronde/babak
e. Lampu pemenang berwarna merah dan biru atau alat/kode lain untuk menentukan pemenang
f. Perlengkapan lain-lain
g. Formulir pertandingan
Perlengkapan pertandingan :
a. Pakaian
pertandingan, pakaian Pencak Silat berwarna hitam
b. Pelindung badan
c. Pelindung kemaluan
b. Pelindung badan
c. Pelindung kemaluan
Pembagian kelas :
Menurut umurnya, peserta dibagi 3 golongan :
- Golongan remaja
berumur di atas 14 s/d 17 tahun
- Golongan teruna berumur di atas 17 s/d 21 tahun
- Golongan dewasa berumur di atas 21 s/d 35 tahun
- Golongan teruna berumur di atas 17 s/d 21 tahun
- Golongan dewasa berumur di atas 21 s/d 35 tahun
Menurut berat badan, pesilat dibagi dalam
kelas-kelas :
Golongan Remaja :
Kelas A, 33 – 39 kg
Kelas B, di atas 36 – 39 kg
Kelas C, di atas 39 – 42 kg
Kelas D, di atas 42 – 45 kg
Kelas E, di atas 45 – 48 kg
Kelas F, di atas 48 – 51 kg
Kelas G, di atas 51 – 54 kg
Kelas H, di atas 54 – 57 kg
Kelas I, di atas 57 – 60 kg
Kelas B, di atas 36 – 39 kg
Kelas C, di atas 39 – 42 kg
Kelas D, di atas 42 – 45 kg
Kelas E, di atas 45 – 48 kg
Kelas F, di atas 48 – 51 kg
Kelas G, di atas 51 – 54 kg
Kelas H, di atas 54 – 57 kg
Kelas I, di atas 57 – 60 kg
Golongan Teruna :
Kelas A, 40 – 45 kg
Kelas B, di atas 45 – 50 kg
Kelas C, di atas 50 – 55 kg
Kelas D, di atas 55 – 60 kg
Kelas E, di atas 60 – 65 kg
Kelas F, di atas 65 – 70 kg
Kelas G, di atas 70 – 75 kg
Kelas H, di atas 75 – 80 kg
Dengan seterusnya selisih 5 kg
Kelas bebas, berat di atas 65 kg.
Waktu Pertandingan
Permainan dilangsungkan dalam 3 babak yang
setiap babak terdiri dari 2 menit. Di antara babak yang satu dengan lainnya
diberikan waktu istirahat 1 menit. Waktu ketika wasit menghentikan pertandingan
tidak termasuk waktu bertanding dan perhitungan terhadap pemain yang jatuh
karena serangan yang sah tidak termasuk waktu bertanding.
Sasaran
Yang dapat dijadikan sasaran perkenaan adalah
bagian tubuh kecuali leher ke atas dan kemaluan yaitu dada, perut, punggung dan
pinggang kiri serta kanan. Bagian tungkai lengan dapat dijadikan sasaran
serangan menjatuhkan dan mengunci tetapi tidak mempunyai nilai sebagai sasaran
perkenaan. Setiap pertandingan dipimpin oleh 1 (satu) orang wasit dan dibantu
oleh 5 (lima )
orang juri penilai.
0 komentar:
Posting Komentar